Beberapa tahun terakhir, esports memang menarik perhatian banyak orang, mulai dari siswa, para guru, orang tua, dan khalayak ramai pada umumnya. Esports kini tidak lagi dianggap sekadar hiburan semata, tapi juga panggung bagi para kaum muda untuk menggapai mimpinya masing-masing.
Kali ini, RRQ MABAR membagikan wawancaranya dengan Kepala Sekolah dari SMA Xaverius 1 Palembang, Andreas Sudarsana, M. Pd dan juga para siswa yang bertanding membawa nama sekolah tersebut, hingga menjadi juara RRQ MABAR National Championship terbaru.
Sudut Pandang Orang Tua: Kebanggaan dan Kehati-hatian
Dalam wawancara RRQ MABAR dengan Pak Andreas, beliau mengungkapkan rasa bangga yang mendalam melihat para siswa meraih pengakuan nasional melalui esports. “Tentu saja saya bangga. Mereka terlibat dalam kegiatan positif, mengembangkan bukan hanya keterampilan akademis tapi juga bakat-bakat lain,” katanya. Meskipun ia mengakui bahwa esports mungkin tidak terlalu familiar bagi generasi yang lebih tua, ia melihatnya sebagai sebuah gairah bagi generasi muda saat ini. Ia membandingkan dengan kecintaannya pada sepak bola semasa kecil, dan mengakui bahwa meski esports tidak membutuhkan tenaga fisik sebanyak itu, permainan ini tetap menuntut fokus, strategi, dan kerja sama tim yang tinggi.
Ketika ditanya tentang pandangannya secara keseluruhan mengenai esports, Pak Andreas menyadari bahwa ada perdebatan tentang apakah esports dapat dianggap sebagai olahraga. “Catur juga tidak bikin kita berkeringat, tapi tetap disebut olahraga,” ujarnya, menekankan bahwa aktivitas fisik bukanlah satu-satunya syarat untuk sebuah kompetisi. Namun, ia juga menekankan pentingnya keseimbangan. “Penting bagi anak-anak untuk memikirkan apakah bermain game bisa jadi karier yang berkelanjutan. Seiring bertambahnya usia, refleks dan kecepatan berpikir kita akan menurun.”
Esports di Sekolah: Kemajuan dan Tantangan
Mengenai esports di dunia pendidikan, Pak Andreas mengakui bahwa ini bukan ranah ia kuasai betul. Namun, ia menyadari bahwa banyak siswa yang aktif di esports, terutama selama pandemi, saat kesempatan untuk aktivitas tatap muka sangat terbatas.
Selain itu, Pak Andreas juga bercerita bahwa meskipun sekolah mungkin belum punya sumber daya dan pemahaman yang cukup untuk mendukung esports, permintaan dari siswa terus meningkat.
Hal tersebut juga jadi cerminan tren yang lebih besar di sekolah-sekolah di seluruh dunia, yakni semakin banyak institusi pendidikan yang mengakui esports sebagai sarana untuk melibatkan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Refleksi Siswa: Kemenangan dan Tantangan
Para siswa yang berhasil membawa sekolahnya jadi juara juga sempat berbagi waktu dan ceritanya kepada RRQ MABAR. Para siswa ini penuh semangat berbagi rasa bangga bisa mewakili sekolah dan juara di tingkat nasional. Bagi mereka, memenangkan trofi dan medali di hadapan teman-teman sekolah adalah momen yang sangat memuaskan. “Rasanya luar biasa bisa menunjukkan bahwa kita bisa berprestasi di panggung nasional, di RRQ MABAR National Championship,” ungkap salah satu siswa.
Melihat ke belakang, mereka mengakui perjalanan jadi juara nasional bukannya tanpa tantangan berat. Setelah kekalahan di final turnamen regional Sumatera, mereka kembali fokus dan bertekad untuk menang di tingkat nasional. “Kami sempat down setelah kalah di Sumatera, tapi itu malah memotivasi kami untuk menang di nasional. Kami ingin membuktikan diri,” ujar salah satu anggota tim. Ketekunan mereka terbayar, dan mereka pun berhasil meraih gelar juara nasional.
Banyak dari mereka yang bermimpi melanjutkan kariernya di dunia esports, dengan salah satu siswa bahkan bercita-cita untuk menang “back-to-back di RRQ Mabar National Championship” dan mendominasi kompetisi di masa depan. Yang lainnya berharap agar komunitas esports semakin berkembang, baik di sekolah mereka maupun di tingkat yang lebih luas. “Saya berharap lebih banyak siswa bergabung di turnamen RRQ Mabar dan membuatnya lebih kompetitif,” ungkap anggota tim lainnya.
Masa Depan Esports di Sekolah
Seiring dengan kian populernya esports, siswa dan sekolah sama-sama mulai menyadari potensinya sebagai panggung yang positif untuk mengekspresikan diri dan mengukir prestasi. Namun demikian, kompetisi esports yang positif juga harus terstruktur dengan matang, seperti RRQ MABAR National Championship, yang bisa jadi tempat para siswa untuk mengasah keterampilan, membangun persahabatan, dan menjadi kebanggaan sekolah serta orang tua.
Terakhir, kembali ke Pak Andreas, beliau juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hasrat mereka untuk bermain game dan aspek-aspek lain dalam hidup. Meskipun esports dapat memberikan peluang dan pengalaman berharga, penting juga bagi para siswa untuk menyadari – dengan bantuan dan bimbingan guru serta orang tua – bahwa game dan esports tidak akan jadi penghalang bagi pertumbuhan akademis dan pribadi mereka.
VIDEO FEED
-
Video Feed
/ 3 months agoPerbedaan Gameplay Malaysia dan Indonesia
Mantan Analyst dari Homebois Malaysia yaitu Antagonist bilang kalau kualitas permainan team Indonesia jauh...
By Hilda Apriza -
Video Feed
/ 3 months agoKenalan Yuk, Sama Coach Arcadia!
Michael Arcadia Bocado atau yang biasa kita kenal dengan Coach Arcadia adalah seorang Coach...
By Krisdiyono -
Video Feed
/ 7 months agoKenalan Yuk, Sama Sir Pai!
Rafly Alvareza Sudrajat lahir 26 maret tahun 99, biasa kita kenal sebagai Sir Pai...
By Krisdiyono -
Video Feed
/ 8 months agoKenalan Yuk, Sama BTR Rachel!
Pemilik nama lengkap Rachel Aseelah Hanafi ini lahir di Jakarta, 25 Juli 2007. Ia...
By Krisdiyono