Connect with us

Berita Games

Menurut Data RRQ Mabar, 192 Sekolah di Indonesia Sudah Punya Tim Esports

Prev1 of 2
Use your ← → (arrow) keys to browse

Meski sejarah esports di Indonesia sudah berawal dari 2002, saat World Cyber Games (WCG) pertama kali digelar di Indonesia, esports baru mulai dikenal di khalayak luas, di luar komunitas gaming, berkat gelaran Grand Final MPL Indonesia Season 1 di Mall Taman Anggrek, di 2018.

Pasca gelaran tersebut, esports menjadi perbincangan dan tren baru, tak hanya di kalangan masyarakat awam, tapi juga di industri non-endemik. Meski begitu, sayangnya kala itu, sekolah yang sebenarnya bisa jadi wadah untuk regenerasi pro player, pembentukan karakter, dan komunitas yang solid, mungkin memang masih menunggu dan mencari tahu apakah esports memang bisa memberikan dampak yang positif ke generasi muda dan institusi pendidikannya.

Namun untungnya, kini banyak sekolah di Indonesia ternyata cepat juga beradaptasi dan melihat esports memang, faktanya, bisa memberikan pengaruh positif jika memang dikelola dengan baik.

Recardus Eko Prasetyo, S. Ag, Wakil Kepala Sekolah Bid. Kesiswaan SMA Xaverius 1 Palembang, yang sempat berbincang dengan RRQ MABAR, bercerita sedikit banyak tentang pengaruh esports di sekolahnya.

“Setiap aktivitas bisa bermakna positif atau negatif tergantung bagaimana kita memaknainya. Menanggapi tentang kehadiran esport di sekolah, awalnya saya merasa ragu, canggung, dan takut kalau dapat mengganggu perkembangan peserta didik di sekolah. Tetapi semakin lama, saya menyadari bahwa perkembangan teknologi dan informasi termasuk di dunia permainan/game tidak bisa dihindari, apalagi setelah pandemi COVID-19.” Ujar Recardus.

Lebih lanjut dia melihat jika esports dapat membantu mengembangkan keterampilan seperti kerja tim, strategi, dan pengambilan keputusan cepat. Dengan industri esports yang terus berkembang, peserta didik bisa melihatnya sebagai peluang karir yang serius, baik sebagai pemain profesional, komentator, manajer tim, atau dalam bidang teknologi terkait.

Namun, ia juga menekankan bahwa esports harus diimbangi dengan manajemen waktu yang baik, sehingga kita semua tidak ketinggalan prioritas utama kita, misalnya belajar dalam hal pendidikan formal, sebagai pelajar.

“Tentu ada beberapa dampak yang dirasakan baik di kalangan guru maupun peserta didik. Bagi guru, kehadiran esport sudah mulai diterima sebagai bagian dari pengembangan diri dan ekstrakurikuler. Bagi peserta didik, esport bukan sebagai pengganggu belajar, tetapi bisa menjadi refreshing dan sosialisasi bersama rekan lain yang sefrekuensi, asal bisa memanage waktu dengan baik. Esport juga bisa mengasah pikiran kita untuk semakin tajam dalam ilmu-ilmu pasti karena di dalamnya ada kandungan nilai kerja sama dan strategi,” cerita Recardus saat ditanyakan dampaknya esports masuk sekolah.

Terakhir, SMA Xaverius 1 Palembang ini lah yang menjadi juara nasional dari RRQ MABAR Esports Tournament Season 3 yang berlangsung pada April hingga Juni 2024. Xaverius 1 menang setelah mengalahkan SMA Don Bosko Semarang di partai final.

Ketika ditanya dampak yang dia, murid, dan sekolahnya rasakan setelah mengikuti RRQ MABAR, Recardus menjelaskan, “Dampak yang dirasakan sekolah setelah mengikuti RRQ MABAR Esports Tournament sangat besar. Sebab, tingkat keberhasilan murid tidak hanya bisa diperoleh melalui jalur akademik, tetapi ternyata bisa melalui jalur pengembangan diri dan keterampilan lain, salah satunya adalah esport. Nama sekolah juga semakin dikenal masyarakat luas berkat kehadiran esport yang diminati oleh sebagian besar orang. Pesan singkat: tetap bijak dalam mengembangkan esport. Bisa memprioritaskan diri: sebagai pemain profesional atau sebagai penikmat permainan.”

Prev1 of 2
Use your ← → (arrow) keys to browse

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

VIDEO FEED

More in Berita Games